Oleh: Yunzar Lubis
PASAMAN BARAT, - - Ada 365 hari dalam satu tahun. Dahulu kala, sebelum Al Qur an turun, hampir semua ilmuan dan pemuka agama berpendapat dan berkeyakinan, bahwa pertukaran antara siang dengan malam adalah akibat matahari mengelilingi bumi. Ratusan bahkan ribuan tahun keyakinan itu hidup di dalam pemikiran manusia.
Baca juga:
Weekend Ber-Commuter Line Ria
|
Turun Al Qur an. Pada abat ke empat, para ahli ilmu falak muslim terinvirasi oleh ayat-ayat Al Qur an, didorong atas pergeseran matahari yang diikuti waktu sholat, akhirnya menemukan dasar-dasar teori heliosentris. Seperti, Al Biruni yang hidup (950 M - 1050 M).
Heliosentris. Pengertian sederhananya, hari berganti tanggal bertukar disebabkan bumi berputar pada sumbunya sambil berputar mengelilingi matahari pada garis orbitnya. Garis orbitnya berbentuk elip, kira-kira seperti gambar telur ayam kampung.
Hampir 400 tahun setelah Al Biruni menemukan teori bumi mengelilingi matahari, barulah muncul Nicolaus Copernicus. Lahir 19 Februari 1473, meninggal 24 Mei 1543. Copernicus, seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia. Copernicus mengembangkan teori heliosentrisme Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga teori tersebut bermanfaat bagi sains. Selanjutnya yang mendapat nama sebagai penemu teori heliosentris adalah Copernicus.
Sedemikian hebat kaum Nasrani meyakini matahari mengelilingi bumi menentang penemuan ahli muslim Al Biruni yang disempurnakan oleh Copernicus, sejarah mencatat Galileo Galilei sebagai korbannya.
Galilleo Galillei lahir 21 tahun setelah Copernicus meninggal. Hidup dari tahun 1564 sampai 1642. Dihukum mati karena dianggap mengajarkan ajaran sesat. Dimana, Galilleo mengajarkan "bumi mengelilingi matahari" dianggap ajaran sesat.
Pada akhirnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjawab kebenaran apa yang dirintis Al Biruni yang diteruskan Copernicus. Bumi berputar pada sumbunya yang membentuk pergantian siang dan malam; bumi mengelilingi matahari membentuk pergantian tanggal dan tahun.
Bumi berputar mengelilingi matahari pada garis edar (orbit ) berbentuk elip dan membentuk kurva miring. Sehingga ada posisi matahari paling tinggi di langit. Posisi tersebut, disebut titik kulminasi.
Kulminasi utama pada saat matahari tepat berada di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat 'menghilang', karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan. Bukan negeri tanpa bayangan !
Bonjol, Land of equator. Salah satu kekayaan kabupaten Pasaman tentang fenomena alam adalah garis khatulinstiwa, equator. Paha tanggal 21 Maret - 23 Maret dan 21 September - 23 September setiap tahun, akan terjadi titik kulminasi, dan titik kulminasi hanya ada pada garis khatulistiwa. Ada hari tanpa bayangan di Bonjol.
Memang tidaklah menampilkan aneka warna atau ombak yang menghempas, tidaklah menampilkan kilau bias cahaya meniti buih. Tetapi menampilkan godaan fakta fenomena alam yang akan menggugah pikiran bagi orang-orang yang berpikir. Sehingga fenomena alam menjadi keindahan unik dalam pandangan dan pikirannya.
Kenalkan " Bonjol Land of the Equator" kepada dunia ! ***